News Update :
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Guru Tolak Penambahan Paket Soal UN

Sabtu, 22 September 2012

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listiyarti menolak rencana pemerintah menambah jumlah paket soal Ujian Nasional (UN). Menurutnya, rencana itu hanya akan membuat kian masif dan sistemiknya kecurangan dalam UN.
"Tahun sebelumnya sudah banyak kecurangan. Kami tak bisa terima paket soalnya ditambah karena kecurangan UN akan semakin sistemik," kata Retno kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (18/9/2012) malam.
Diungkapkan olehnya, apapun formulanya, pelaksanaan UN akan tetap dihiasi oleh kecurangan. Pasalnya, terjadi kekeliruan besar karena kelulusan siswa ditentukan oleh UN.
Retno menambahkan, penentuan kelulusan siswa seharusnya dilakukan dengan tes secara alamiah yang dilakukan di tingkat sekolah, sesuai kualitas daerah di mana sekolah itu beroperasi.
Ramai diberitakan, pemerintah berencana menambah jumlah paket soal pada UN 2013. Jika tahun sebelumnya digunakan lima paket soal, maka pada tahun depan UN akan menggunakan 20 paket soal.
Hal itu dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas UN, sejalan dengan rencana mengintegrasikan hasilnya sebagai tiket masuk perguruan tinggi negeri. "Pemerintah jangan fokus pada menekan kecurangan, lantas lupa berbicara kualitas," pungkas Retno.

RENCANA UN 2013

PATI, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali melontarkan gagasan baru menjelang Ujian Nasional (UN) 2013. Setelah memastikan 20 paket soal untuk UN tahun depan, kini Kemendikbud menggagas UN tanpa pengawas ruang ujian.
Saat mengunjungi pembangunan SMK Cordova Margomulyo, di Kabupaten Pati, Sabtu (22/9/2012), Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, ketatnya penjagaan dan pengawasan pelaksanaan UN selama ini terjadi karena adanya stigma negatif. Padahal menurutnya, stigma yang melekat dapat terlepas jika UN berlangsung dengan semangat kejujuran.
"Selama ini selalu dikatakan banyak kecurangan dalam pelaksanaan UN, makanya harus kita buktikan dengan UN jujur. Tak perlu pengawas ruangan, kita awasi dari jauh," kata dia.
Mantan rektor ITS itu mengatakan, Kemendikbud sekarang menantang seluruh bupati atau wali kota untuk mendeklarasikan UN jujur dan siap tanpa pengawasan.
"Kalau ada kepala daerah atau kepala sekolah ragu ikut deklarasi, jangan-jangan ada apa-apa. Wong diajak jujur kok ragu," ungkapnya.
Kemendikbud telah siap dengan variasi soal yang akan diberikan pada UN. Rencananya, mulai bulan depan masyarakat sudah bisa mendapatkan kisi-kisi soal UN 2013. Kisi-kisi ini sekaligus menjadi dasar tim pembuat soal memproduksi bank soal.
"Sekarang jika setiap meja soalnya beda, apa mungkin saling contek," tutur dia.

MANAJEMEN PENDIDIKAN MENUJU MADRASAH YANG POPULIS

MANAJEMEN PENDIDIKAN MENUJU MADRASAH YANG POPULIS

Oleh: A. Tafsir
Dalam sebuah sekolah, madrasah, atau satuan kerja apa pun, manajemen yang baik diperlukan, terutama oleh pemimpin satuan kerja itu. Dalam hal madrasah, kepala madrasah adalah orang yang paling penting memiliki manajemen yang efektif. Karena itu pembahasan berikut ini ialah tentang manajemen kepala madrasah.
Salah satu tugas kepala madrasah ialah “menjual” madrasah agar sebanyak mungkin orang tua murid tamatan SD atau Ibtida`iyah memasukkan anaknya ke Tsanawiyah. Yang dimaksud dengan “menjual” ialah mempromosikan. Tidak hanya komoditi dagang yang perlu dipromosikan, program juga perlu dipromosikan. Kepala madrasah harus menjelaskan (dengan berbagai cara) kepada orang tua calon murid apa keunggulan madrasah termasuk Madrasah Tsanawiyah, dengan itu orang tua calon murid mengetahui apa untungnya mereka menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah. Anda perlu mempromosikan; Anda tidak boleh menganut filsafat emas: emas tidak perlu dipromosikan, emas adalah emas, di manapun tempatnya, apapun pembungkusnya orang pasti tahu bahwa itu adalah emas.
Dalam medesain manajemen madrasah (termasuk Madrasah Tsanawiyah), hal-hal berikut ini perlu sekali dipertimbangkan: (1) hakikat madrasah, (2) tujuan madrasah, (3) program pendidikan madrasah, (4) proses pendidikan di madraah, (5) evaluasi hasil pendidikan madrasah.
(1) Hakikat Madrasah
Kata madrasah menjadi kata yang lebih terkenal karena kata ini ada di dalam UU No.2/1989 tentang sisdiknas. Di situ dikatakan bahwa madrasah ialah sekolah umum berciri khas agama Islam. Sejak UU itu diberlakukan kita mengenal dua macam sekolah umum yaitu sekolah dan madrasah. Sekolah ialah sekolah umum yang terdiri atas SD, SMP, SMA/SMK sementara madrasah ialah sekolah umum yang terdiri atas MI, MTs, dan MA/MAK Tidak ada perbedaan antara sekolah dan madrasah baik pada tujuan maupun kurikulumnya; perbedaannya terletak pada system. Madrasah memakai system islami sedangkan sekolah memakai system -mungkin- pancasilais.
Oleh karena itu di dalam UU Nomor 20/2003 dikatakan bahwa Madrasah Ibtida`iyah itu sama dengan SD; Madrasah Tsanawiyah itu sama dengan SMP; Madrasah Aliyah itu sama dengan SMA; definisi madrasah seperti yang disebut dalam UU No.2/89 tidak ada dalam UU No.20/2003. Karena perbedaan hanya pada system maka kita dapat mengatakan bahwa MI itu sama dengan SDI; Mts itu sama dengan SMPI; MA itu sama dengan SMAI. MIN itu sama dengan SDIN; MtsN itu sama dengan SMPIN; MAN itu sama dengan SMAIN.
Kurikulum madrasah dan sekolah persis sama; termasuk jam pelajaran agama yaitu sama-sama dua jam. Dan jam agama ini jangan ditambah. Lantas mengapa disebut madrasah bila sama? Yang tidak sama ialah sistemnya seperti disebut di atas tadi. Di Madrasah itu semuanya harus islami, berpakaian islami, berkata-kata islami, peraturan-peraturan harus islami, pergaulan sehari-hari islami, pelaksanaan ibadah harus islami, teori-teori pengetahuan yang diajarkan harus pula islami. Pokoknya madrasah itu adalah sekolah islami.
(2) Tujuan Pendidikan Madrasah
Tujuan pendidikan di madrasah sama dengan di sekolah. Karena sistemnya islami maka murid-muridnya harus menjadi muslim yang sempurna. Bila disederhanakan maka tujuan pendidikan madrasah sama dengan tujuan sekolah tetapi dengan keimanan yang tahan banting. Masih sering orang mengatakan kalau anak sekolah nakal, hal itu biasa; tetapi anak madrasah tidak boleh nakal, karena system islami itu tidak mungkin memberi peluang muridnya nakal. Jadi, murid tamatan MA mutunya sama dengan murid tamatan SMA tetapi dengan keimanan yang tahan banting. Murid tamatan MTs sama dengan murid tamatan SMP tetapi dengan keimanan yang tahan banting.
(3) Program
Untuk mencapai tujuan itu, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan umum sama dengan sekolah plus keimanan yang tahan banting, perlu disediakan program (kurikulum dalam pengertian luas) yang sesuai. Kurikulum umum (pengetahuan umum dan keterampilan umum) sekurang-kurangnya sama dengan kurikulum sekolah, lebihnya ialah di madrasah harus ditambah dengan kurikulum untuk menanamkan keimanan sehingga tercapai tujuan berkeimanan yang tahan banting tadi.
Jam pelajaran agama cukup dua jam. Ya, sama dengan di sekolah. Bahasa Inggeris dan Matematika sebaiknya ditambah masing-masing 1 jam pelajaran lebih banyak dari pada yang ada di sekolah. Itu dengan cara menambah jam pelajaran dua jam setiap minggu, bukan dengan mengurangi jam mata pelajaran lain, dan bukan dengan mengurangi lamanya jam pelajaran. Penambahan 1 jam pelajaran itu dilakukan sementara madrasah masih terpaksa menerima murid yang mutunya kurang bagus.
(4) Proses
Proses pendidikan di madrasah sama saja dengan di sekolah. Perbedaannya ialah kegiatan penanaman iman di madrasah berlangsung sepanjang hari plus kerjasama dengan orang tua murid secara intensif.
Penanaman keimanan itu tidak dapat dilakukan melalui proses pengajaran kognitif; penanaman keimanan itu dilakukan melalui peneladanan, pembiasaan, pemotivasian, mungkin melalui penegakan hukum dan sebagainya. Kesemuanya teknik itu dirangkum dalam metode internalisasi. Metode internalisasi itu metode yang tepat untuk menanamkan iman yang kuat. Yang meneladankan, membaiasakan, memotivasi, dan lain-lain itu ialah kepala sekolah, semua guru, semua pegawai sekolah, tukang sapu, penjaga sepeda, juga ibu-ibu yang berjualan di kantin sekolah; di rumah peneladan itu dilakukan terutama oleh ayah dan ibu murid itu.
Mungkin ada orang yang belum tahu bahwa pendidikan keimanan dan ketakwaan itu sebenarnya adalah tugas Diknas, pengajaran agama dilakukan oleh Depag atas nama Diknas. Jadi, adalah wajib hukumnya seluruh aparat Diknas, terutama yang ada di sekolah itu untuk melaksanakan pendidkan keimanan dan ketakwaan.
(5) Evaluasi
Evaluasi hasil pendidikan di madrasah sama juga dengan yang di sekolah. Perbedaan mungkin terletak pada evaluasi hasil penanaman iman. Dalam garis besarnya evaluasi hasil pendidikan keimanan itu dilakukan dengan portofolio; penilaian dilakukan secara terus menerus (progressive assessment).
Bila madrasah dimanej seperti itu sudah dapat dipastikan akan banyak murid yang masuk madrasah. Pada tahun 1990 saya pernah meramal bahwa bila madrasah itu dimanej dengan baik maka SD, SMP, SMA itu nanti akan bubar, muridnya akan pindah ke madrasah, atau akan kekurangan muird sementara madrasah akan kebanjiran murid. Ramalan saya itu telah banyak buktinya; sudah banyak SDN yang kekurangan murid bahkan tidak dapat murid sama sekali sementara MI di dekatnya kebanjiran murid. Sudah semakin banyak MA yang menjadi pilihan pertama sebelum SMAN, jadi MAN sebagai pilihan pertama.
Mengapa madrasah lebih baik dari pada sekolah? Karena madrasah dapat menjamin muridnya tidak nakal. Bila prestasi di bidang pengetahuan umum sama dengan sekolah, apalagi lebih baik, sementara kenakalan lebih kecil kemungkinannya di madrasah, tentu saja orang tua murid akan memasukkan anaknya ke madrasah. Tidak ada orang tua murid yang ingin anaknya nakal. Jadi kuncinya ialah: mutu pendidikan umum sama dengan sekolah, lebihnya ialah ada jaminan tidak nakal. Bisakah? Harus, karena madrasah itu ialah sekolah islami; MI itu adalah SD Islami; Mts itu adalah SMP Islami, MA itu adalah SMA Islami. Harus bisa. Itulah cara menjual madrasah, itulah cara mempromosikan madrasah. Ya, itu memerlukan manager yang hebat. Siapa manager itu? Kepala sekolah

MENJADIKAN MADRASAH SEKOLAH UMUM UNGGULAN

MENJADIKAN MADRASAH SEKOLAH UMUM UNGGULAN

 Oleh: A.Tafsir
Kata madrasah sudah sangat umum dikenal baik oleh komunitas muslim maupun non-muslim. Dalam pemakaiannya sehari-hari kata madrasah digunakan untuk menunjuk berbagai lembaga pendidikan. Anak-anak yang pergi mengaji ke mesjid di sore hari sering disebut akan ke madrasah. Ibu-ibu yang akan mengaji di majlis ta’lim sering juga menyebut dirinya akan ke madrasah. Ada juga yang lebih mapan yaitu istlah madrasah diniyah. Kata madrasah diniyah ini dahulu sangat dikenal di daerah Minangkabau. Dahulu, di sana ada madrasah yang sangat terkenal yaitu Madrasah Diniyah Putri Padangpanjang. Yang akan dibicarakan dalam tulisan ini adalah madrasah sebagai sekolah umum.
Madrasah artinya sekolah. Maka ada kawan saya yang memang tidak paham, ia mengatakan bahwa anaknya sekolah di madrasah, tentu yang lain dapat saja mengatakan “anak saya sekolah di sekolah.”
Madrasah yang paling popular sekarang adalah sekolah umum yang berciri khas Islam, terdiri atas Madrasah Ibtida`iyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. . Berikut ini dibicarakan definisi madrasah tersebut, perhatian masyarakat terhadap madrasah itu, dan bagaimana menjadikan madrasah tersebut sebagai sekolah umum unggulan.
Istilah madrasah sebagai sekolah umum muncul mula-mula dalam undang-undang tentang system pendidikan nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989. Di situ dikatakan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam. Dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003, yang berlaku sekarang, definisi madrasah seperti dalam UU No.2/89 tidak muncul, penggantinya ialah teks yang menyebutkan bahwa Madrasah Ibtida`iyah sama dengan SD, Madrasah Tsanawiyah sama dengan SMP, Madrasah Aliyah sama dengan SMA. Teks ini sebenarnya sama esensinya dengan teks dalam UU sebelumnya.
Sejak berlakunya UU No.2/89 (dilanjutkan dalam UU No.20/2003) di Indonesia ini kita mengenal dua macam sekolah umum, yaitu sekolah dan madrasah. Sekolah terdiri atas SD-SMP-SMA, madrasah terdiri atas Ibtida`iyah-Tsanawiyah-Aliyah.
Sekolah umum lawannya bukan sekolah khusus; sekolah umum itu lawannya ialah sekolah kejuruan; jadi di kita ada sekolah umum dan ada sekolah kejuruan yang disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kalau dilihat isi programnya (kurikulumnya), sekolah umum itu, yaitu sekolah dan madrasah, sebenarnya hanya sampai SMP. Di SMA sudah ada jurusan-jurusan. Kurikulum SD sampai SMP sama saja dengan kurikulum Ibtida`iyah sampai Tsanawiyah. Tetapi jurusan yang ada di SMA dan Aliyah tidak dapat disebut sebagai sekolah kejuruan, SMA dan Aliyah tetap disebut sekolah umum. Istilah sekolah umum kelihatannya lebih menunjuk ke pendidikan akademik, katakanlah penguasaan teori, sedangkan seolah kejuruan lebih menunjuk ke penguasaan keterampilan.
Tatkala madrasah dikenalkan pada tahun 1990, yaitu tatkala UU No.2/89 mulai berlaku, banyak sekali pendapat beredar dalam masyarakat yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap madrasah. Itu disebabkan jam pelajaran agama di madrasah tersebut sama dengan jam pelajaran agama di sekolah, yaitu dua jam pelajaran setiap minggu. Ada anggota masyarakat berkata “namanya madrasah, tetapi jam agamanya kok hanya dua jam.” Kalimat itu sebenarnya merupakan kekecewaan. Akibatnya ialah muncul pandangan dalam masyarakat bahwa menyekolahkan anak ke madrasah sama saja dengan menyekolahkan anak ke sekolah. Akibat selanjutnya ialah madrasah relatif kekurangan murid sementara sekolah tetap kebanjiran murid.
Madrasah adalah sekolah umum. Ya, ini benar. Lantas di mana bedanya sampai ia harus disebut madrasah? Bedanya ialah pada kekhasan system. Madrasah ialah sekolah umum yang berciri khas Islam. Inilah kalimat kunci untuk memahami madrasah sebagai sekolah umum. Jadi, Ibtida`iyah ialah SD islami, Tsanawiyah ialah SMP islami, Aliyah ialah SMA islami. Itulah sebabnya kita mengatakan bahwa perbedaan madrasah dan sekolah terletak pada sistemnya. Jika sekolah adalah lembaga pendidikan umum yang sistemnya bukan islami, sementara madrasah adalah lembaga pendidikan yang sistemnya islami. Artinya, segala sesuatu di madrasah haruslah islami. Teori-teori ilmu yang diajarkan haruslah islami, tata tertib madsarah harus islami, pergaulan di madrasah haruslah islami, berpakaian, berkata, segala kelakukan, haruslah islami. Jadi, jam pelajaran agama sebenarnya sekitar 48 jam pelajaran perminggu, bukan dua. Yang dua jam itu ialah jam pelajaran untuk memperoleh pengetahuan agama Islam. Inilah yang pertama-tama yang kurang dipahami selama ini. Yang kedua, yang kurang dipahami, ialah tujuan pendidikan agama di madrasah bukanlah untuk menguasai keahlian, bukan untuk menjadi ahli agama. Madsarah itu sekolah umum, sama dengan sekolah, bedanya “hanyalah” keberagamaan murid madrasah diharap lebih baik dari pada murid sekolah. Itu diharapkan muncul dari tradisi sehari-hari yang islami itu tadi.
Nah, untuk yang nantinya ingin mendalami pengetahuan agama, disediakan jurusan agama sejak kelas dua Aliyah. Tetapi jurusan ini kurang laku karena jurusan ini membatasi murid dalam memilih fakultas di perguruan tinggi. Sebagai contoh, tamatan Aliah jurusan agama diterima masuk fakults Syari’ah di PTAI, jurusan lain pun diterima, bahkan yang dari SMA juga diterima. Mengapa? Karena di fakultas Syari’ah kuliah agama itu dimulai dari awal.
Dilihat dari segi model desain, sebenarnya system madrasah lebih baik dari pada sekolah karena pengetahuan umum yang diberikan di madrasah sama dengan yang diberikan di sekolah, pengetahuan agama jumlah jamnya sama dengan yang diberikan di sekolah, kelebihannya terletak pada sistemnya. Madrasah menganut system islami, yaitu segala program kurikuler maupun non-kurikuler di madrasah (seperti disebut di atas tadi) haruslah islami. Kita harapkan lulusan madrasah itu pengetahuan umumnya sama dengan lulusan sekolah tetapi tingkat keberagamaannya lebih baik. Untuk mudahnya begini: lulusan Aliyah itu sama dengan lulusan SMA tetapi dengan akhlak yang lebih baik. Gambaran umumnya ialah: Lulusan Aliyah itu pengetahuan umumnya sama dengan lulusan SMA, tetapi mereka tidak mabuk dan tidak tawuran.
Ketinggian akhlak inilah sebenarnya nilai lebih madrasah. Karenanya madrasah dapat disebut sekolah plus. Pada tahun 1990 saya pernah meramal, jika madrasah dijalankan dengan benar, maka kelak SD-SMP-SMA itu akan kehabisan murid. Ramalan saya itu telah terbukti pada tingkat SD. Di beberapa daerah banyak SD yang tidak kebagian murid tetapi Ibtida`iyah di dekatnya kebanjiran murid. Ramalam saya itu belum terbukti untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, sekalipn memang pada kenyataannya semakin banyak Tsanawiyah dan Aliyah yang meningkat peminatnya. Ya, tetapi kenapa orang-orang muslim masih banyak yang kurang berminat memasukkan anaknya ke madrasah?
Pertama, ada beberapa murid muslim yang enggan berkehidupan secara muslim yang diterapkan di madrasah. Anak-anak perempuan muslim mungkin keberatan masuk madrasah karena peraturan berpakaian muslimah yang dirasa terlalu ketat. Pergaulan bebas antara siswa putra dan siswa putri memang sangat ketat di madrasah, hal itu sedikit longgar di sekolah. Ini dapat saja menjadi penyebab murid enggan masuk madrasah. Mungkin juga ada anggapan masuk madrasah berarti telah mengumumkan keberpihakan, sementara masuk sekolah dianggap netral. Tetapi penyebab yang paling utama ialah karena mutu pendidikan umum di madrasah secara rata-rata memang masih di bawah sekolah.
Kunci menjadikan madsarah sebagai sekolah umum unggulan yang dijadikan rebutan calon murid ialah peningkatan mutu mata pelajaran umum, khususnya Bahasa Inggeris dan MIPA. Jika pada mata pelajaran umum (khususnya Bahasa Inggeris dan MIPA) sudah setingkat dengan sekolah terbaik di satu kota, maka orang tua di kota itu akan berebut memasukkan anaknya ke madrasah. Tetapi bila sudah muncul madrasah seperti itu, dan sekarang sudah ada beberapa, hendaknya pengelola madrasah janganlah lupa kata kuncinya: orang-orang berebut menyekolahkan anaknya ke madrasah karena dua hal (1) karena mutu pendidikan umumnya setingkat dengan sekolah terbaik, dan (2) madrasah menjamin anaknya tidak nakal.
Tidak nakal adalah sebagian sifat akhlak karimah. Jadi, pembinaan akhlak adalah kata kunci juga untuk menarik minat orang tua menyekolahkan anaknya ke madrasah. Akhlak karimah itu fondasinya ialah iman, bahkan sulitlah dibedakan mana akhlak dan mana iman. Iman yang kuat akan menghasilkan akhlak yang karimah. Akhlak yang baik adalah pertanda iman yang kuat. Karena itu praktek kehidupan yang dapat memperkuat iman sangat perlu di madrasah.
Penanaman iman (dan akhlak) bukanlah hal pengajaran. Bercermin pada para nabi dan ulama pemimpin umat, penanaman iman dan peningkatan akhlak selalu dilakukan dengan pembiasaan, peneladanan, serta pemotivasian.
Mengapa orang tua murid memasukkan anaknya ke madrasah? Satu di antara alasannya ialah karena madrasah menjamin anaknya tidak akan nakal. Ini tantangan bagi pengelola madrasah. Inilah plusnya madrasah. Dari segi desain system tuntutan itu dapat dipenuhi oleh madrasah. Yang masih menjadi persoalan ialah apakah pengelola madrasah bena-bena telah memahami visi dan misi madrasah dan telah memahami pula hakikat madrasah?
Orang tua tidak ingin anaknya nakal karena beberapa alasan yang dapat dipahami. Pertama, anak nakal itu kesehatan fisik dan psikisnya rawan; misalnya saja bila ia sering keluar malam, kesehatannya akan terancam. Kedua, anak nakal itu biayanya mahal, coba saja kalau ia ngebut lantas nabrak, kan mahal biayanya, memperbaiki motor, berobat bila terluka atau patah; bila ditangkap polisi karena menabrak jelas orang tuanya akan mengeluarkan biaya. Bila Anda miskin sebaiknya jangan punya anak nakal. Anak nakal itu biayanya besar. Ketiga, anak nakal itu akan menurun kemampuan belajarnya, teorinya: semakin nakal anak semakin merah rapornya. Ini mudah dipahami. Karena kenakalannya itu pikirannya tidak focus; karena kenakalannya itu ia tidak sempat mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Keempat, orang tua malu bila anaknya nakal. Jadi, masuk akal bila orang toa tidak ingin punya anak nakal. Nah, madrasah dapat memberikan jaminan itu, bila madrasah dioperasikan dengan benar.

Sistem kerja idsurvei.com

Jumat, 14 September 2012

Dapat Uang dari ID Survei

Ingin mencoba dapat uang dari ID Survei Indonesia ? Apa sih IDSurvey itu dan bagaimana cara nyari duit lewat internet dari Id survey ini ?

ID Survei merupakan program mengumpulkan data dari pengguna internet melalui survei singkat. Data-data hasil survei tersebut digunakan untuk menentukan target market yang tepat dalam berbisnis online.
1 x Survei dibayar Rp. 2.000,-  setelah anda menjadi member
Berarti kalo 100 x Survei ? 200.000, 

Untuk informasi lebih lanjut tentang cara mendapatkan uang dari ID Survei, silahkan klik disini.

MENJADIKAN MADRASAH SEKOLAH UMUM UNGGULAN

MENJADIKAN MADRASAH SEKOLAH UMUM UNGGULAN

 Oleh: A.Tafsir
Kata madrasah sudah sangat umum dikenal baik oleh komunitas muslim maupun non-muslim. Dalam pemakaiannya sehari-hari kata madrasah digunakan untuk menunjuk berbagai lembaga pendidikan. Anak-anak yang pergi mengaji ke mesjid di sore hari sering disebut akan ke madrasah. Ibu-ibu yang akan mengaji di majlis ta’lim sering juga menyebut dirinya akan ke madrasah. Ada juga yang lebih mapan yaitu istlah madrasah diniyah. Kata madrasah diniyah ini dahulu sangat dikenal di daerah Minangkabau. Dahulu, di sana ada madrasah yang sangat terkenal yaitu Madrasah Diniyah Putri Padangpanjang. Yang akan dibicarakan dalam tulisan ini adalah madrasah sebagai sekolah umum.
Madrasah artinya sekolah. Maka ada kawan saya yang memang tidak paham, ia mengatakan bahwa anaknya sekolah di madrasah, tentu yang lain dapat saja mengatakan “anak saya sekolah di sekolah.”
Madrasah yang paling popular sekarang adalah sekolah umum yang berciri khas Islam, terdiri atas Madrasah Ibtida`iyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. . Berikut ini dibicarakan definisi madrasah tersebut, perhatian masyarakat terhadap madrasah itu, dan bagaimana menjadikan madrasah tersebut sebagai sekolah umum unggulan.
Istilah madrasah sebagai sekolah umum muncul mula-mula dalam undang-undang tentang system pendidikan nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989. Di situ dikatakan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam. Dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003, yang berlaku sekarang, definisi madrasah seperti dalam UU No.2/89 tidak muncul, penggantinya ialah teks yang menyebutkan bahwa Madrasah Ibtida`iyah sama dengan SD, Madrasah Tsanawiyah sama dengan SMP, Madrasah Aliyah sama dengan SMA. Teks ini sebenarnya sama esensinya dengan teks dalam UU sebelumnya.
Sejak berlakunya UU No.2/89 (dilanjutkan dalam UU No.20/2003) di Indonesia ini kita mengenal dua macam sekolah umum, yaitu sekolah dan madrasah. Sekolah terdiri atas SD-SMP-SMA, madrasah terdiri atas Ibtida`iyah-Tsanawiyah-Aliyah.
Sekolah umum lawannya bukan sekolah khusus; sekolah umum itu lawannya ialah sekolah kejuruan; jadi di kita ada sekolah umum dan ada sekolah kejuruan yang disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kalau dilihat isi programnya (kurikulumnya), sekolah umum itu, yaitu sekolah dan madrasah, sebenarnya hanya sampai SMP. Di SMA sudah ada jurusan-jurusan. Kurikulum SD sampai SMP sama saja dengan kurikulum Ibtida`iyah sampai Tsanawiyah. Tetapi jurusan yang ada di SMA dan Aliyah tidak dapat disebut sebagai sekolah kejuruan, SMA dan Aliyah tetap disebut sekolah umum. Istilah sekolah umum kelihatannya lebih menunjuk ke pendidikan akademik, katakanlah penguasaan teori, sedangkan seolah kejuruan lebih menunjuk ke penguasaan keterampilan.
Tatkala madrasah dikenalkan pada tahun 1990, yaitu tatkala UU No.2/89 mulai berlaku, banyak sekali pendapat beredar dalam masyarakat yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap madrasah. Itu disebabkan jam pelajaran agama di madrasah tersebut sama dengan jam pelajaran agama di sekolah, yaitu dua jam pelajaran setiap minggu. Ada anggota masyarakat berkata “namanya madrasah, tetapi jam agamanya kok hanya dua jam.” Kalimat itu sebenarnya merupakan kekecewaan. Akibatnya ialah muncul pandangan dalam masyarakat bahwa menyekolahkan anak ke madrasah sama saja dengan menyekolahkan anak ke sekolah. Akibat selanjutnya ialah madrasah relatif kekurangan murid sementara sekolah tetap kebanjiran murid.
Madrasah adalah sekolah umum. Ya, ini benar. Lantas di mana bedanya sampai ia harus disebut madrasah? Bedanya ialah pada kekhasan system. Madrasah ialah sekolah umum yang berciri khas Islam. Inilah kalimat kunci untuk memahami madrasah sebagai sekolah umum. Jadi, Ibtida`iyah ialah SD islami, Tsanawiyah ialah SMP islami, Aliyah ialah SMA islami. Itulah sebabnya kita mengatakan bahwa perbedaan madrasah dan sekolah terletak pada sistemnya. Jika sekolah adalah lembaga pendidikan umum yang sistemnya bukan islami, sementara madrasah adalah lembaga pendidikan yang sistemnya islami. Artinya, segala sesuatu di madrasah haruslah islami. Teori-teori ilmu yang diajarkan haruslah islami, tata tertib madsarah harus islami, pergaulan di madrasah haruslah islami, berpakaian, berkata, segala kelakukan, haruslah islami. Jadi, jam pelajaran agama sebenarnya sekitar 48 jam pelajaran perminggu, bukan dua. Yang dua jam itu ialah jam pelajaran untuk memperoleh pengetahuan agama Islam. Inilah yang pertama-tama yang kurang dipahami selama ini. Yang kedua, yang kurang dipahami, ialah tujuan pendidikan agama di madrasah bukanlah untuk menguasai keahlian, bukan untuk menjadi ahli agama. Madsarah itu sekolah umum, sama dengan sekolah, bedanya “hanyalah” keberagamaan murid madrasah diharap lebih baik dari pada murid sekolah. Itu diharapkan muncul dari tradisi sehari-hari yang islami itu tadi.
Nah, untuk yang nantinya ingin mendalami pengetahuan agama, disediakan jurusan agama sejak kelas dua Aliyah. Tetapi jurusan ini kurang laku karena jurusan ini membatasi murid dalam memilih fakultas di perguruan tinggi. Sebagai contoh, tamatan Aliah jurusan agama diterima masuk fakults Syari’ah di PTAI, jurusan lain pun diterima, bahkan yang dari SMA juga diterima. Mengapa? Karena di fakultas Syari’ah kuliah agama itu dimulai dari awal.
Dilihat dari segi model desain, sebenarnya system madrasah lebih baik dari pada sekolah karena pengetahuan umum yang diberikan di madrasah sama dengan yang diberikan di sekolah, pengetahuan agama jumlah jamnya sama dengan yang diberikan di sekolah, kelebihannya terletak pada sistemnya. Madrasah menganut system islami, yaitu segala program kurikuler maupun non-kurikuler di madrasah (seperti disebut di atas tadi) haruslah islami. Kita harapkan lulusan madrasah itu pengetahuan umumnya sama dengan lulusan sekolah tetapi tingkat keberagamaannya lebih baik. Untuk mudahnya begini: lulusan Aliyah itu sama dengan lulusan SMA tetapi dengan akhlak yang lebih baik. Gambaran umumnya ialah: Lulusan Aliyah itu pengetahuan umumnya sama dengan lulusan SMA, tetapi mereka tidak mabuk dan tidak tawuran.
Ketinggian akhlak inilah sebenarnya nilai lebih madrasah. Karenanya madrasah dapat disebut sekolah plus. Pada tahun 1990 saya pernah meramal, jika madrasah dijalankan dengan benar, maka kelak SD-SMP-SMA itu akan kehabisan murid. Ramalan saya itu telah terbukti pada tingkat SD. Di beberapa daerah banyak SD yang tidak kebagian murid tetapi Ibtida`iyah di dekatnya kebanjiran murid. Ramalam saya itu belum terbukti untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, sekalipn memang pada kenyataannya semakin banyak Tsanawiyah dan Aliyah yang meningkat peminatnya. Ya, tetapi kenapa orang-orang muslim masih banyak yang kurang berminat memasukkan anaknya ke madrasah?
Pertama, ada beberapa murid muslim yang enggan berkehidupan secara muslim yang diterapkan di madrasah. Anak-anak perempuan muslim mungkin keberatan masuk madrasah karena peraturan berpakaian muslimah yang dirasa terlalu ketat. Pergaulan bebas antara siswa putra dan siswa putri memang sangat ketat di madrasah, hal itu sedikit longgar di sekolah. Ini dapat saja menjadi penyebab murid enggan masuk madrasah. Mungkin juga ada anggapan masuk madrasah berarti telah mengumumkan keberpihakan, sementara masuk sekolah dianggap netral. Tetapi penyebab yang paling utama ialah karena mutu pendidikan umum di madrasah secara rata-rata memang masih di bawah sekolah.
Kunci menjadikan madsarah sebagai sekolah umum unggulan yang dijadikan rebutan calon murid ialah peningkatan mutu mata pelajaran umum, khususnya Bahasa Inggeris dan MIPA. Jika pada mata pelajaran umum (khususnya Bahasa Inggeris dan MIPA) sudah setingkat dengan sekolah terbaik di satu kota, maka orang tua di kota itu akan berebut memasukkan anaknya ke madrasah. Tetapi bila sudah muncul madrasah seperti itu, dan sekarang sudah ada beberapa, hendaknya pengelola madrasah janganlah lupa kata kuncinya: orang-orang berebut menyekolahkan anaknya ke madrasah karena dua hal (1) karena mutu pendidikan umumnya setingkat dengan sekolah terbaik, dan (2) madrasah menjamin anaknya tidak nakal.
Tidak nakal adalah sebagian sifat akhlak karimah. Jadi, pembinaan akhlak adalah kata kunci juga untuk menarik minat orang tua menyekolahkan anaknya ke madrasah. Akhlak karimah itu fondasinya ialah iman, bahkan sulitlah dibedakan mana akhlak dan mana iman. Iman yang kuat akan menghasilkan akhlak yang karimah. Akhlak yang baik adalah pertanda iman yang kuat. Karena itu praktek kehidupan yang dapat memperkuat iman sangat perlu di madrasah.
Penanaman iman (dan akhlak) bukanlah hal pengajaran. Bercermin pada para nabi dan ulama pemimpin umat, penanaman iman dan peningkatan akhlak selalu dilakukan dengan pembiasaan, peneladanan, serta pemotivasian.
Mengapa orang tua murid memasukkan anaknya ke madrasah? Satu di antara alasannya ialah karena madrasah menjamin anaknya tidak akan nakal. Ini tantangan bagi pengelola madrasah. Inilah plusnya madrasah. Dari segi desain system tuntutan itu dapat dipenuhi oleh madrasah. Yang masih menjadi persoalan ialah apakah pengelola madrasah bena-bena telah memahami visi dan misi madrasah dan telah memahami pula hakikat madrasah?
Orang tua tidak ingin anaknya nakal karena beberapa alasan yang dapat dipahami. Pertama, anak nakal itu kesehatan fisik dan psikisnya rawan; misalnya saja bila ia sering keluar malam, kesehatannya akan terancam. Kedua, anak nakal itu biayanya mahal, coba saja kalau ia ngebut lantas nabrak, kan mahal biayanya, memperbaiki motor, berobat bila terluka atau patah; bila ditangkap polisi karena menabrak jelas orang tuanya akan mengeluarkan biaya. Bila Anda miskin sebaiknya jangan punya anak nakal. Anak nakal itu biayanya besar. Ketiga, anak nakal itu akan menurun kemampuan belajarnya, teorinya: semakin nakal anak semakin merah rapornya. Ini mudah dipahami. Karena kenakalannya itu pikirannya tidak focus; karena kenakalannya itu ia tidak sempat mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Keempat, orang tua malu bila anaknya nakal. Jadi, masuk akal bila orang toa tidak ingin punya anak nakal. Nah, madrasah dapat memberikan jaminan itu, bila madrasah dioperasikan dengan benar.

MERASA JENUH DENGAN KEHIDUPAN ...?

Selasa, 11 September 2012

BACALAH INI ...

.... USTAD, SAYA BOSAN HIDUP, INGIN MATI SAJA ....

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim ... Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji,

“Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.

Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan.

Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.

Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya.

Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan.

Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Tapi ustadz yang satu ini aneh. malah Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang.

Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang.

Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.”

Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini “.

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya.

Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi,

sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok.. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kepasrahan, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.

Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan. percayalah .. Allah bersama kita.”

lalu Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini ……mugi2 migunani tumprap kulo pribadi lan panjenengan sedoyo Aaaamiiinn...salam.

Cari

Football News

 

© Copyright GURU DAN PENDIDIKAN 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.